Borong(AHJ). Sedikit saya bercerita kisah hidup yang membuat jengkel namun kadang lucu bila diingat kembali.
Waktu itu sekitar tahun 2003, nilai kur rupiah sekitar Rp 9.000/@$, smentara sekarang anjlok di Rp.14 ribu/@$, jadi waktu itu
pekerjaan masih serabutan, apa saja bisa dilakukan yang penting halal,
namun kondisi dompet stabil alias tak pernah kosong, kebetulan saya
dapat sebuah kontrak pengecatan MCK di kampung, dari proyek P2D JBIC
Jerman kalo tidak salah, lumayanlah dari 3 unit saya dapat fulus sekitar
Rp.600ribu, dan duitnya sudah saya pegang dan tersimpan rapi di dompet
kuningku.
Singkat cerita, kala itu saat mengerjakan pengecatan
terakhir, saya mendapat khabar duka dari keluarga bahwa kaka iparku
meninggal dunia karena kecelakaan bis di ncai kapenta Bima, sontak kaget
bersama rekan rekan tanpa pikir panjang saya meninggalkan pekerjaan
menuju rumah duka tanpa persiapan apapun, badan masih belepotan, belom
mandi, tentunya baju dipenuhi bercak cat tembok, pokoew sembrono lah
anak jaman now cakap.
Namun sebelum sampai di rumah duka, ban motor
gembos alias bocor, padahal jarak masih lumayan jauh, terpaksa kita
dorong sambil mencari bengkel tambal terdekat, namun karena waktu sudah
masuk gelap tak ada yang buka, akhirnya saya menuju salah satu bengkel
di ujung desa saat itu, untungnya saya sempat mengajak salah satu kawan
namanya bang "OpiK", dia kawan yang na'e lemboade (red;Penyabar).
Akhirnya sampailah di bengkel tersebut, sepertnya masih buka karena
masih terlihat beberapa sepeda motor yang lagi menunggu proses bakar,
kudekati pemilik bengkelnya "permisi saya mo tambal ban juga, masih
bisa,,,?' tanyaku, karena waktu itu saya berpikir sudah masuk jam malam
sekitar jam 7 petang.
Pemilik bengkel terlihat cuek dan sinis sekali,
saya mencoba perfikir positif saja mungkin pengaruh capek banyak
orderan, saya mencoba tenang, beberapa waktu kemudian pemilik bengkel
menjawab "Bisa, tapi harus bayar 15ribu", saya sempat kaget bukan
kepalang dengan tawaran yang berapi-api mungkin ini penolakan secara
tidak langsung, "Ok bisa pak" jawabku.
Tarif yang begitu fantastis kala
itu, karena tarif standar yang berlaku sekitar Rp.3 ribu saja, jadi naik
lima kali lipat, tak apalah terima saja, namun spertinya dia menganggap
remeh sekali, dengan kondisi badan yang belepotan ternyata bisa membuat
prestise anjlok, bukan sengaja tapi huru-hara menuju rumah duka.
Beberapa menit kemudian, penambalan sudah selesai, "Berapa pak?", saya
mencoba bertanya kembali sapa tau mungkin dia salah sebut atau sekedar
becanda, jawaban dengan penuh keraguan namun tetap sama, kutarik dompet
dalam saku belakangku, terlihat beberapa uang receh sepertinya pas,
namun terpikir saat itu sepertinya ni orang menolak saya dikira saya tak
punya uang buat bayar ongkos tambal ban, dengan terpaksa saya
mengeluarkan selembar uang kertas warna merah 100ribu, terlihat bapak
itu kaget dan malu saat membuka dompet dia melihat ada beberapa deret
uang merah, akhirnya menunggu lama lagi karena atak ada uang buat
kembalinya. Saya mencoba diam dan tenang sambil senyum-senyum dikit, dan
merenung ternyata ada orang yang meremehkan orang dari penampilannya.
Beberapa menit kemudian muncullah bapak dan
istinya sembari tergopoh-gopoh, 180 derajat berbalik haluan begitu
familyar dibanding sebelumnya, astagfirullah,,,,
Namun itu hanya
sedikit testimoni hidup saya yang kita ambil hikmahnya saja, bahwa kita
jangan dulu meremehkan orang lain ketika melihat suatu kekurangan yang
nampak, boleh jadi sebenarnya orang lain itu sifat dan sikapnya
sederhana dengan tidak menampakan kelebihan-kelebihannya.
Kadang
kita tertipu oleh kasingnya padahal di dalamnya hati orang begitu baik,
terkadang ketika menguji seseorang yang bisa kita jadikan sahabat,
awalnya kita mesti menampakan kekonyolan dan keluguan, namun ketika dia
menerima dengan tidak merendahkan kita, maka itulah sahabat sejati,
sahabat yang selalu ada ketika apapun kondisi kita.
Jangan remehkan orang lain bisa jadi orang yang kita remehkan tadi akan lebih sukses hidupnya dibanding Kita.
Mohon maaf bila ada yang kurang berkenan
Terima Kasih
#Kalemboade