Ku abadikan ini sebagai kenangan setelah kembali ke tanah leluhur |
Borong, Flores NTT.
Mohon do'a dan dukungan
Cuaca masih extrim di ufuk barat.
Butuh persiapan matang untuk menerjang badai.
Keyakinan sepertinya begitu kuat ke arah itu, dan itu pernah terbukti berturut-turut bahwa financial tak selalu menjadi penentu "Masih banyak jalan ke Jedah". Namun itu kembali kepada khalayak sebagai salah satu motor dalam penentuannya.
Cuaca masih extrim di ufuk barat.
Butuh persiapan matang untuk menerjang badai.
Keyakinan sepertinya begitu kuat ke arah itu, dan itu pernah terbukti berturut-turut bahwa financial tak selalu menjadi penentu "Masih banyak jalan ke Jedah". Namun itu kembali kepada khalayak sebagai salah satu motor dalam penentuannya.
Dengan waktu penantian yang tak lama
lagi akan memberikan peluang agar bisa menjadi lebih baik lagi setelah
itu "can be anybody you want to".
"Dirimu masih terlalu
muda",,,,,Masih terngiang ditelinga ketika sebuah testimoni ringan dalam
kancah otonomi level bawah, terbantahkan ketika sang proklamator usia
41 tahun menjadi pemimpin sebuah bangsa yang sejak usia 24 tahun
berkecimpung memikirkan nasib Nusantara. Soekarno pernah diasingkan di
bumi flores Ende, dalam kesunyian memikirkan sebuah falsafah bangsa yang
sekarang menjadi pedoman dan central dari sumber hukum lainnya.
TGB, begitu belia di usia 34 tahun menjadi wakil rakyat di senayan, 37
tahun bisa menjadi pemimpin NTB, 2 periode tak terbantahkan, dan
digadang-gadang maju ke level Istana, dan sekarang menjadi Ketua Alumni
Al Azhar Mesir Indonesia menggantikan Prof. Quraiys Sihab.
Di
Kampung Ende ku temukan Jati Diri, sebuah kampung yang berada di tengah
kota Borong Manggarai Timur yang mayoritas penduduknya dari Ende,
kampung yang melahirkan sejuta kenangan, kampung yang memberi pelajaran
bagaimana hidup rukun dalam perbedaan, bagaimana menyikapi perbedaan
Keyakinan, kesabaran terlahir disini.
Delapan tahun sudah, waktu begitu
singkat, namun kerinduan akan tanah leluhur mulai membuncah,
keberadaanku disana bukan berarti diriku menjadi yang diasingkan oleh
tanah kelahiran yang sempat terpuruk dalam penyalah gunaan sistem,
panggilan jiwa bahwa dimanapun selalu siap untuk mengabdi, dan itu
adalah tujuan.
Tak mesti ada alasan kelasik yang menghambat suatu
perubahan, cuma karena tingkat keberanian dan mindshet yang perlu
diterapkan dalam menuju perubahan. Ada banyak solusi tentang itu, dan
sudah banyak diterapkan dalam janji-janji, namun sedikit sekali yang
terealisasi, mengapa,,,?, itu sudah menjadi rahasia umum, dan pola itu
mesti dirubah dari sekarang. Bersatu, berpadu, merupakan sebuah harapan.
Siap untuk kembali bukan menjadi kumbang penghisap, namun lebih pada kembali untuk merubah menjadi lebih baik lagi.
Mboto Kangampu,,,,,,,
#kalemboade
Mboto Kangampu,,,,,,,
#kalemboade
No comments:
Post a Comment